Beranda | Artikel
Mengucapkan Salam dan Memperkenalkan Identitas Diri - Adab Meminta Izin
Minggu, 30 Desember 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Zaen

Mengucapkan Salam dan Memperkenalkan Identitas Diri adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan tentang cara mendidik anak secara Islami (fiqih pendidikan anak). Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. pada 13 Rabbi’ul Tsani 1439 H / 01 Januari 2018 M.

Download mp3 kajian sebelumnya: Adab-Adab Saat Meminta Izin

Kajian Tentang Mengucapkan Salam dan Memperkenalkan Identitas Diri

Pada pertemuan sebelumnya, kita telah menyampaikan bahwa anak-anak kita perlu diajari adab untuk meminta izin. Dan diantara adab-adab yang diajarkan oleh agama kita sudah kita sampaikan pada pertemuan sebelumnya sekitar 5 adab. Diantara adab yang diajarkan oleh agama kita saat meminta izin untuk masuk ke rumah atau masuk ke kamar adalah:

6. Mengucapkan Salam

Mengucapkan salam terlebih dahulu sebelum meminta izin untuk masuk. Jangan dibiasakan anak masuk tanpa salam. Usahakan anak ini sebelum masuk diperintahkan dan  diajarkan untuk salam. Sehingga tidak mengapa bagi orang tua untuk mengingatkan anaknya bahkan dianjurkan untuk mengingatkan anaknya yang masuk rumah tanpa salam.

Sering kita menyaksikan anak-anak dibiarkan masuk rumah tanpa salam dengan alasan bahwa itu adalah rumah sendiri, nanti kalau masuk ke rumahnya orang lain baru salam. Ini tidak benar. Mau rumahnya sendiri ataupun rumahnya orang lain dianjurkan untuk mengucapkan salam. Bahkan seharusnya rumah sendiri itu lebih layak untuk diucapkan salam.

Sejatinya salam adalah do’a. Kalau seandainya rumah orang lain kita do’akan, kenapa rumah sendiri tidak dido’akan? Tentu ini hal yang aneh. Kita mendo’akan rumah orang lain selamat, berkah tapi tidak mendo’akan rumah sendiri.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Semoga keselamatan dan rahmat dari Allah tercurah untukmu

Maka adab yang perlu kita ajarkan kepada anak kita adalah mengucapkan salam. Bukan hanya masuk rumah, termasuk masuk kamar. Ketika akan masuk kamar orang lain, masuk kamar orang tuanya atau masuk kamar pembantunya, jangan biasakan anak itu langsung masuk begitu saja.

Anak harus dilatih untuk mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Hal ini dianjurkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Abu Ya’la Al-Mushili dan hadits ini dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani.

لَا تَأْذَنُوا لِمَنْ لَمْ يَبْدَأْ بِالسَّلَام

Jangan kalian mengizinkan masuk orang yang tidak mengucapkan salam” (HR. Abu Ya’la)

Sehingga ketika anak kita mau masuk rumah kemudian dia tidak mengucapkan salam lantas kita tidak membuka pintunya, boleh atau tidak? Boleh! Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “jangan izinkan masuk kalau dia tidak mau salam.”

Pembiasaan ini perlu untuk kita lakukan sejak dini. Kenapa sekarang banyak orang merasa canggung untuk mengucapkan salam ketika hendak masuk rumah sendiri? Bisa jadi pemicunya adalah sejak kecil tidak dibiasakan. Sehingga ketika besar, dia canggung ketika akan mempraktekkan adab itu. Hal ini adalah tanggung jawab orang tua mereka dahulu. Mungkin orang tua mereka dahulu tidak tahu. Karena sekarang kita sudah tahu, maka kita putus silsilah ketidaktahuan tersebut. Jangan sampai kita merasa bahwa dulu mbah (nenek) kita tidak seperti itu, maka kita tidak seperti itu juga.

Ketika mbah kita tidak tahu kemudian kita tahu, apakah kita akan tetap mempertahankan kebiasaan mbah kita? Sedangkan kita sudah tahu sesuatu yang belum diketahui oleh mbah kita.

7. Memperkenalkan identitas diri

Maksudnya jika ditanya dari dalam, “Siapa?” Maka jawabannya adalah memperkenalkan identitas diri. Yaitu sebutkan nama kita. Itu adalah haknya tuan rumah. Tapi mungkin kalau di Jawa pakai bahasa halus. Misalnya ditanya, “Sinten nggih?” Intinya adalah yang di dalam rumah bertanya kepada yang berada di luar rumah. Itu tidak dipermasalahkan.

Makanya jangan heran, jangan kaget, seandainya kita datang ke suatu rumah lalu setelah salam kita ditanya tentang identitas kita. Jawab dengan jawaban yang jelas, sebutkan nama.

Hal ini pernah kejadian pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, ceritanya ada seorang sahabat Nabi yang bernama Jabir. Jabir radhiyallahu’anhu, dia berkata,

أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي دَيْنٍ كَانَ عَلَى أَبِي فَدَقَقْتُ الْبَابَ فَقَالَ مَنْ ذَا فَقُلْتُ أَنَا فَقَالَ أَنَا أَنَا كَأَنَّهُ كَرِهَهَا

“Aku mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku mengetuk pintu, lalu beliau bertanya, ‘Siapa?’ Maka Aku menjawab, ‘Saya.’ Lalu beliau bertanya, ‘Saya, saya?’ Sepertinya beliau tidak suka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maksudnya Nabi tidak suka. Karena jawaban saya itu tidak menggambarkan tentang siapa yang datang. Kalau hanya “saya, saya” saja tapi tidak dijelaskan siapa namanya, itu tidak menjelaskan identitas.

Simak penjelasannya pada menit ke-10:22

Simak Penjelasan Lengkap dan Download mp3 Kajian Tentang Mengucapkan Salam dan Memperkenalkan Identitas Diri


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45570-mengucapkan-salam-dan-memperkenalkan-identitas-diri-adab-meminta-izin/